AKSI BELA HAK RAKYAT KUALUH LEIDONG: LIMBAH PT. SINGGIE GRUB MENCEMARI SUNGAI PANGKALAN LUNANG – LAUT LEIDONG TERANCAM
LABURA--kuansnews.com," “Kami tidak menuduh tanpa dasar. Kami bicara karena kami melihat, dan kami hidup dalam ancaman yang kalian buang ke sungai kami.”Selasa,(22/4/2025)
Di tengah hening pesisir kualuh leidong dan aliran Sungai Pangkalan Lunang yang dahulu menjadi sumber kehidupan, kini masyarakat menghadapi ancaman ekologis yang tak terlihat namun sangat terasa.
Sungai yang selama ini menjadi urat nadi ekonomi nelayan dan petani berubah menjadi aliran limbah berwarna pekat, dan menyimpan bahaya biologis yang tidak main-main.
Melalui investigasi lapangan yang dilakukan oleh GERAKAN MASYARAKAT PEMUDA DAN MAHASISWA KUALUH LEIDONG ditemukan indikasi kuat bahwa pembuangan limbah industri dilakukan secara terus-menerus oleh PT. Singgie Grub, tanpa pengelolaan yang transparan, dan tanpa mitigasi terhadap dampak lingkungan.
Pembina IMKL: “Cukup Sudah! Jangan Bodohi Masyarakat dengan Janji Kosong!”
Dalam aksinya, Saudara Syahril Nasution, selaku Pembina Ikatan Mahasiswa Kualuh Leidong (IMKL), turut menyampaikan orasi tajam yang menggugah kesadaran publik.
Ia mengecam keras dugaan pencemaran lingkungan yang dilakukan oleh PT. Singgie Grub, sekaligus menyinggung minimnya respons dari pemerintah dan pihak perusahaan.
“Cukup sudah! Jangan terus-menerus bodohi masyarakat dengan janji perbaikan yang tak pernah terbukti! Kami bukan boneka industri! Jika perusahaan ini beroperasi tanpa rasa tanggung jawab terhadap lingkungan, maka tidak ada tempat bagi mereka di tanah Leidong!”
Lebih lanjut, Syahril juga menegaskan bahwa kejahatan lingkungan tidak boleh dianggap sebagai pelanggaran administratif biasa. Ia menyebut bahwa yang tercemar bukan hanya sungai, tapi martabat rakyat pesisir yang selama ini bergantung pada alam.
“Ini bukan soal politik, ini soal keberlangsungan hidup. Jika sungai ini mati, maka seluruh ekonomi rakyat kecil ikut mati. Kami minta pertanggungjawaban, bukan klarifikasi murahan!” Pernyataan ini disambut riuh dan tepuk tangan dari massa aksi, menunjukkan bahwa kemarahan masyarakat telah melewati batas kesabaran.
Aktivis mahasiswa lokal, Muhammad Tuah Saragi, dalam aksi terbuka menyatakan bahwa dugaan pencemaran ini tidak bisa dibiarkan menjadi ‘isu biasa’.
“Sungai kami berubah warna, ikan-ikan menghilang, dan nelayan mulai pulang dengan tangan kosong. Ini bukan kebetulan, ini hasil dari pembiaran sistematis. PT. Singgie Grub telah melakukan kejahatan ekologis. Negara tidak boleh diam!”
Tak cukup sampai disitu, Aksi ini mendapat dukungan penuh dari Ketua PAC GRIB Jaya Kualuh Leidong, Jailani Panjaitan, yang mengingatkan bahwa pemuda hari ini tidak akan tinggal diam menyaksikan wilayahnya dirusak oleh industri.
“Kalau perusahaan tak peduli, maka rakyat yang akan jadi pagar terakhir bagi sungai dan laut kami. Kami bukan penonton dalam skenario kehancuran lingkungan ini.
Ketua PAC,GRIB JAYA KUALUH LEIDONG juga menuturkan sekaligus penutup orasi vocal yang ia sampaikan
“Hari ini, rakyat Kualuh Leidong tidak diam. Kami bersuara bukan karena benci, tapi karena cinta, cinta pada sungai kami, laut kami, dan hidup kami.
Jika pemerintah tidak hadir, maka rakyat akan menjadi pemerintah bagi dirinya sendiri. Jika hukum tak bergerak, maka sejarah yang akan mencatat kelambanannya.
Kami tidak minta banyak. Kami hanya minta hak kami dikembalikan. Hak atas udara yang bersih, air yang jernih, dan hidup yang bermartabat.
(Red-M.R.tim)
Post a Comment